Searching...
Jumat, 03 Desember 2010

MENDOBRAK PARADIGMA GERAKAN,MENGHANCURKAN SYSTEM DAKWAH KAMPUS YANG JUMUD

Ketika judul ini ditulis,tak pernah terlintas sedikit pun di benak saya untuk merubah sebuah system yuang mungkin sudah mengakar sangat kuat, setidaknya dalam wacana gerakan yang ada, hal itu seakan menjadi sesuatu yang suci untuk dijadikan sebagai sekadar sebuah isu, tentu saja ini juga bukan berarti pembicaraan kearah sana gak ada, setidaknya ditataran pengurus KAMMI Komisariat UIN sudah mulai muncul letupan letupan kecil untuk menganalisa kembali sistem dakwah kampus yang diterapkan di kampus(UIN)kita. Menilik bagaimana keberjalanan system dakwah kampus yang ada di UIN, membuat saya mencoba melakukan sebuah anlisa sederhana, tentu saja dalam konteks keKAMMIan, wacana yang ada diarahkan untuk mengevaluasi efektifitas dan efesiensi keberjalanan dakwah kampus yang didalamnya terdapat KAMMI sebagai salah satu variabel.

Dengan kapasitas sebagai mahasiswa yang memang sebelumnya tidak pernah terlibat secara langsung dalam menyusun sebuah system dakwah, apalagi dakwah kampus(termasuk renstra dan yang lainya), namun tentu saja tulisan ini hasil dari pergulatan pemikiran yang disertai diskusi-diskusi baik dengan teman-teman KAMMI Komisariat UIN yang menurut saya sangat aneh-aneh(dalam tanda kutip tentunya), juga dengan mereka yang secara langsung atau tidak langsung merasakan proses pengkaderan yang dilaksanakan di KAMMI, ketika saya menulis tulisan ini pun, saya kebetulan(untuk selanjutnya kita yakini tidak ada yang kebetulan)diamanahi untuk menjadi kepala bidang kaderisasi selama dua periode, periode pertama pada zaman kepengurusan akh mulky yang dari sisi kondisi akademis sangat plural, dan sekarang pada zaman akh toto hidayat yang notabene para pengurus secara akademis muda-muda,lucu-lucu namun energik dan penuh semangat, meskipun pada tingkat pertama departemen yang saya pilih pun departemen kaderisasi, dan saya pikir, kebersamaan saya dengan KAMMI selama dua tahun cukup untuk memberikan gambaran umum serta pandangan-pandangan terkait system dakwah kampus yang dijalankan oleh KAMMI, lebih spesifik saya ingin mengevaluasi keberjalanan system pengkaderan yang dilaksanakan oleh Komisariat yang notabene merupakan given dari KAMMI Pusat, tentu saja tidak akan sedalam dan serumit mereka yang sudah lama, namun yah minimal ini merupakan buah pemikiran yang dituliskan untuk sekedar dijadikan sebuah diskusi hangat, mengingat apresiasi para ADK(kader KAMMI) hari ini begitu rendah, makanya judul yang saya buat pun terkesan provokatif,agar mereka tertarik dengan apa yang saya tulis.hahaha…namun tetap berbobot dan mudah-mudahan ada yang dipetik.

Fenomena yang menarik di KAMMI UIN bahwa system dakwah kampus yang digunakan sangat mirip dengan apa yang dijalankan di lembaga dakwah kampus(di UIN namanya LDM). Kemiripan ini dilatarbelakangi dari kesamaan rahim dan visi yang memang mengadopsi pemikiran revivalisme islam timur tengah(dalam hal ini ikhwanul muslimin)yang kemudian juga diadopsi oleg gerakan islam yang lain di seluruh dunia.

Sehingga kemiripan ini menimbulkan stigma tersendiri di kalangan civitas akademika bahwa KAMMI dan LDM adalah sama, sesuatu yang membuat sebagian besar kader LDM gerah, namun berbeda dengan kader KAMMI yang cuek dan santai, mungkin stigma ini juga akan menaikan pamor KAMMI di mata public sebagai gerakan moral, gerakan dakwah(benar gak yach..heeh), tapi ada juga sisi negatifnya, bahwa posisi KAMMI sebagai gerakan mahasiswa tidak disoroti(kalau tidak dikatakan tidak diakui), peran mereka diabaikan, belum lagi ditambah dengan kapasitas siyasi(pemahaman politik dan social) yang rendah menambah peran KAMMI semakin terisolasi dari percaturan perpolitikan kampus. KAMMI hanya dipandang sebagai gerakan keagamaan(revivalisme spiritual) biasa yang menjunjung tinggi moral saja, gak salah, tapi tidak tepat dong, makanya di lembaga mahasiswa pun anak-anak KAMMI paling banter mendapatkan posisi sebagai kepala bidang KEROHANIAN, atau KODE ETIK, kader-kader KAMMI belum dipercaya untuk menempati posisi strategis dalam birokrasi kampus, yang lebih ironis lagi, public bahkan lebih percaya jabatan strategis yang ada diberikan kepada kader-kader LDK(yang notabene gak ngerti banget masalah politik-masa sish!)sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan besar bagi KAMMI, kemana KAMMI hari ini?, kurang lebih begitulah suara-suara miring yang muncul(dan juga dari kader KAMMI sendiri loch), tentu saja yang paling bertanggung jawab dalam masalah ini adalah kaderisasi, sebagai fondasi pergerakan, dan juga pengurus KAMMI secara umum, namun betulkah…???hemmm,berarti saya dong yang dipersalahkan, namun saya menyebut permasalahan yang menimpa KAMMI UIN lebih kepada dosa politik masa lalu yang berimbas kepada kader-kader masa kini, peran para alumni dalam melakukan transformasi-berupa pembinaan dan uswah-saya anggap GAGAL TOTAL, peran tarbiyah yang mereka jalankan(posisi mereka yang hari ini sebagai murobbi dan murobbiyah)tidak mampu mentransformasi gagasan-gagsan besar dalam rangka futuhat kampus,hingga akhirnya.”takutlah kalian jika meninggalkan generasi yang lemah, baik secara akidah, hamasah maupun secara fikroh ”.

So, satu-satunya cara untuk mengembalikan kondisi itu, dengan merubah total!!(rekonstruksi)system dakwah kampus yang baru yang bersih dari dosa politik masa lalu, kembali ke mihwar tandzimi(gak gitu-gitu juga sich) kembali ke asholah, dan hilangkan intervensi orang tua(alumni KAMMI).biarkan kita berekspresi sesuai dengan kondisi realitas yang ada, tentu saja tanpa keluar dari manhaj, sebenarnya gak gitu-gitu juga sich,justru dosa politik itu mesti ditebus dengan membayar upeti termahal dalam sebuah logika pengkaderan yaitu TARBIYAH…!!!.

Dengan demikian akan muncul sinergisitas gerakan pengfkaderan antara para alumni(yang sedang membayar dosa politik)pengurus KAMMI, dan tentunya kaderisasi sebagai jiwa pergerakan KAMMI. Selamat bereksplorasi…!!!

0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!