Searching...
Minggu, 26 Mei 2013

Yang Menjaga Hanya untuk Yang Terjaga


 Oleh Eka Firmayanti               


Saat malam pertamanya Fatimah berkata pada suaminya “Tahukah bahwa dari dulu aku telah menyukai seorang ikhwan?” Ali bin Abi Thalib terkejut, “siapa dia?” Fatimah dengan senyum manisnya menyebutkan “ikhwan itu adalah engkau”

Ya, begitulah mereka yang saling menjaga hati yang di jodohkan oleh Allah hanya kepada mereka yang terjaga jua. Bukankah Allah telah mengabarkan hal itu dalam surat An-Nur:26
“Perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk Perempuan-perempuan yang baik”
Allah Maha tahu siapa yang terbaik untuk kita, jika kapasitas kita segini, amalan yaumi masih acak-acakan, tilawah belum konsisten, pandangan tidak terjaga ya hanya akan dapat yang terbaik menurut Allah, tidak usah mengharap memaksa Allah untuk menginginkan ikhwan/akhwat A, karena belum tentu baik untuk kita. Buang-buang energi, karena toh belum tentu jodoh dengan kita kan?? (meskipun masih ada yang ngarep,hehe)

Begitupun Allah telah mengabarkan bahwa mereka yang tidak terjaga akan mendapatkan yang tidak terjaga pula dalam kalimat sebelumnya di surat An-Nur ayat 26:
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk Perempuan-perempuan yang keji”
Teringat perkataan Ust. Darlis Fajar saat mengisi dauroh Murobbi jadi sedikit membahas  perjodohan kurang lebih seperti ini “Orang yang berpacaran itu masalahnya adalah pada aqidah. Mereka tidak percaya akan jodoh yang ditetapkan oleh Allah sehingga mereka mencari-mencari orang untuk di ikat dalam ikatan yang tidak halal untuk kemudian dijadikan pendamping hidupnya”

Nau’dzubillah,,jika aqidah kita masih dipertanyakan, berarti muwashoffat no 1 (salimul aqidahnya belum lulus,he). Bagi orang ammah mungkin seperti itu di sebutnya dengan “pacaran”. Pertanyaanya “apakah aktivis dakwah juga ada yang seperti itu?”, Saya berharap tidak ada dan tidak akan ada.tapi, wallahu a’lam. Masih perkataan Ust. Darlis Fajar pada saat yang sama ketika mengisi daroh Murobbi menceritakan mahasiswanya yang di suruh putus oleh ust. Akhirnya mahasiswa itupun putus, dan kata-kata endingnya. “Jadi, setelah pulang dari acara ini, putuskan pacarnya”

Astghfirulloh,,saya jadi berfikir, memangnya ada pacaran di kalangan aktivis dakwah? Yang syuronya di hijab tembok, interaksi ikhwan dan akhwatnya terjaga, koordinasinya tentang dakwah, biacaranya pun tentang kemajuan dan solusi dakwah,etc. Atau mungkin kondisinya berbeda dengan pacaran, di kalangan aktivis dakwah istilahnya nge-tag atau kata ust. Salim A. Fillah mencari calon cara jari telunjuk yang menunjuk ikhwan/akhwat A. Atau mungkin koordiasinya yang sudah menjadi ajang curhat pribadi, saling mengingatkan qiyamullailnya sudah lintas genre “ukhti,bangunlah.. Mari qta qiyamullail dan mendoakan kader-kader kita agar istiqomah di jalan dakwah (iihhh,,jijik..), atau mungkin hal-hal yang lain yang tidak saya ketahui kebiasaannya dengan apologik dakwah, untuk dakwah, demi dakwah.. Astaghfirullah,, Ntahlah semoga Allah mengampuni prasangka ini..

Ikhwahifillah, sungguh rugi jika fikiran kita habis dengan fikiran yang tidak berguna, waktu kita habis dengan harapan semu, tenaga kita habis oleh yang fana’.Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kita. Boleh jadi pandangan yang terbaik bagi kita bagi Allah tidak. Sungguh, Allah Maha tau kita daripada diri kita sendiri.
Selembut Fathimah hanya Allah pasangkan dengan sepemalu Fathimah, setegar Asma’ Allah pasangakan dengan segagah Az-Zubayr, sesabar siti Hajar Allah pasangkan dengan seikhlas Ibrohim. Sungguh, Allah Maha tahu. Apalagi yang diragukan??

Orang yang kita harapkan, orang yang kita idamkan, orang yang kita kagumi, orang yang menurut kita baik, orang yang perhatian sama kita, orang yang sudah kita ikat, belum tentu yang terbaik dan belum tentu berjodoh dengan kita. Jika kita masih memaksa dan sampai Allah memberikannya, mungkin Allah memberikannya dengan cara dilempar ke muka kita sambil marah. Nau’dzubillah.. berbeda dengan yang saling menjaga, Allah akan memberikannya dengan tulus dan sambil tersenyum. Tinggal kita memilih cara apa yang kita inginkan pemberian dari Allah.

Sungguh Allah mencintai kita, jika kita mencintaiNya, Allah tahu yang terbaik untuk kita.

Ikhwahfillah, daipada kita buang-buang energi dengan yang tidak baik, mending kita persiapkan diri menuju kwalitas diri yang lebih baik. Karena bukankah “yang baik itu hanya untuk yang baik” 
Jika, ada yang merasa sudah terjerumus, masih ada jalan taubat yang Allahpun akan mengampuni dosa-dosa hambanya dan memberikan pasangan yang terbaik.

NB: Untuk para qiyadah yang bermaksiat, ingatlah kader-kader antum. Kondisi jundi dapat dilihat dari kondisi para qiyadahnya. Maukah kita menjadi penebar duri dalam dakwah, dan ingatlah keberkahan dakwah. Akankah Allah memberkahi jika masih ada yang bermaksiat.    


Tulisan ini ku persembahkan untuk pribadi sebagai bahan introspeksi diri, untuk akhwat yang harus lebih tegas, menjaga dan merespon ikhwan biasa saja, terkadang akhwat menjadi tombak kemaksiatan yang terjadi dengan respon yang diluar kebiasaan. untuk ikhwan yang harus lebih menjaga terdahulu, memperlakukan akhwat sewajarnya. Ikhwan jangan memulai duluan dengan keGejean karena akhwat itu sensitif, bisa jadi mengganggap luar biasa yang menurut antum biasa saja. semoga menjadi penguat bagi mereka yang terjaga, mengingatkan bagi mereka yang lupa. Jagalah diri kita sebelum Allah menetapkan siapa yang terbaik untuk kita..


Eka Firmayanti
Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Sekretaris Departemen Kaderisasi PD KAMMI Bandung

2 comments:

  1. Keren teh, saya sampai merasa tertonjok hingga babak belur begini :'(
    mantaap (y) :D

    BalasHapus

 
Back to top!