Searching...
Selasa, 04 Januari 2011

Satu Kata Cinta

(Asyhaduallaillahailallah)
Jalan Cinta Seorang Pejuang




Malam kelabu di langit Poso
Awan kelabu itu semakin pekat menyelimuti langit biru nan indah langit Poso, Pekatnya malam menjadikan suasana semakin mencekam, namun secercah cahaya itu masih terpancar berkilauan dari satu sudut pesisir Poso. Ar-Rahmaan…A’lamal Qura’aan….Kholaqol Insan…Alamahul bayan…Lantunan ayat suci surat Ar-rahman memecah keheningan di dusun itu, Seorang gadis belia yg di balut dengan jilbab merah nan lebar sedang khusunya menyenandungkan ayat-ayat cinta-Nya. Bersamanya ratusan santri wati Pondok pesantren wali songo yg terletak di kabupaten Poso tengah asyik menghafalkan bait-bait cinta dari Sang Maha Rahman.
“Uswah.!. ,Uswah..!”
Uswatun Hasanah tiba-tiba menghentikan tilawahnya..
“Ada apa Ukh Nila,”
“Uswah entah mengapa perasaanku tidak enak, rasanya malam ini aku ingin menghabiskan waktuku hanya untuk membaca Al-Quran,”
Tiba-tiba Nilawati mendekap sahabat karibnya Uswah sambil mengucurkan air mata..Hik..hik..
“Nila, ada apa sayang?” Mereka berduapun saling mendekap satu sama lain karena iman dan ikhuwah yg begitu suci merekatkan mereka.Tidak biasanya sahabatnya yang satu ini menjadi cengeng begini.
“Ada apa Nila..?”
“Entahlah Uswah…Hik..Hik..,”
***
Di sisilain saat kedua sahabat karib itu saling menguatkan. Tidak jauh dari situ, di sudut asrama Putra, para santriawan tertidur pulas karena seharian harus kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren, namun tidak dengan Amirudin pemuda gagah dengan berdarah makasar ini masih khusnyu menghafalkan ayat-ayat sucinya…
Malam itu awan begitu kelabu, kegelapanpun menyelimuti pesantern Walisongo, seakan ingin meredupkan cahaya keimanan yang tengah berkobar di Bumi Poso. Bayang-bayang gelap menggelayuti seantero poso malam itu, di balik dinginnya angin malam yg bertiup kencang. Segerombolan orang berpakaian ala ninja yg membawa samurai, tombak, dan panah juga senjata api tengah merengsek menapaki jalan setapak mengepung kawasan Pesantren. Pasukan kelelawar hitam ini tengah bersiap melakukan aksi biadabnya. Di panglimai oleh Tibo dan dominggo gerombolang tengik pasukan kelelawar ini melakukan misi biadabnya untuk membinasakan kaum Muslimin di kawasan ini.
Buuumm…!!! Dentuman Bom bersekala besar meledakan bangunan pesantren wali songo, sontak para Asatidz dan para santri dan santriwati terkejut akan getaran dan efek ledakannya.
“Ukh..Ukh..Nila. Cepat bangun!..” dengan perasan cemas dan takut Uswah pun membangunkan sahabatnya itu, bagaikan kiamat di asrama santri putra terdengar huru hara yang begitu mengerikan, suara tembakan, dentuman bom, histeris minta tolong ,dan listrik yang mati menambah suasana tengah malam itu begitu mencekam. Diatas atap terdengar suara langkah,
“Aaaaah..Tolong..!” Di suasana yang di selimuti kegelapan, tiba-tiba saja beberapa santri wati sudah terbujur kaku tanpa nyawa, ada yg ususnya terburai keluar, ada yg kepalanya terpisah dari tubuhnya,..sontak para santriwati berhamburan keluar area pesanteren ada yg berlari menuju hutan ada yg berlari menuuju aliran sungai poso…
“Ukh cepat lari ukh..Heh…heh..” Dengan nafas yg tersengal-sengal kedua muslimah ini berlarian menuju hutan belantara, tidak ada yg mereka pikirkan selain lari secepat mungkin..
“Ayo ukh…cepat ukh..!” Dari arah belakang dan samping pasukan kelalawar yg beringas dan biadab mengejar para santriwati yg melarikan diri…
“Ukh Uswah..cepat…”
Dari kejauhan terlihat merah menyala dari arah pesantren, di susul asap kelabu yg membumbung tinggi. “Akhi jangan menyerah akhi..” Amiruddin berusaha memberikan pada sahabat-sahabatnya untuk tegar dan tidak menyerah melawan pasukan kelelawar. Dentuman bom..Api yg melahap bangunan pesantren dan desingan pistol membuat sebagian santriawan panik dan melarikan diri dari suasana yg begitu mencekam di pesantern.
“La takhof wala tahzan akhi..!”ia menyeru pada para sahabat-sahabatnya.
Di sekelilingnya telah banyak mayat bergelimpangan, sangat biadab sekali ada yg di tombak kemaluannya dan seakan tak cukup tubuhnyapun di cincang, ada yg batok kepalanya pecah sehingga otaknya dapat terlihat, dan ada pula yg kepalanya di tebas dengan samurai dan di lubangi dengan tombak. Sebagian santri dan anak-anak juga ibu-ibu beserta para asatidz yg berlindung di mesjid di panggang hidup-hidup..Biadab..! Amirudin tak tahan mendengar erangan dan rintihan anak-anak dan ibu-ibu yg di bakar hidup-hidup di tempat Ibadah mereka..
“Allahuakbar….Allahuakbar..!!” Ia bertakbir seraya merengsek menyerang para pasukan kelelawar, namun karena para santri dan ustadz ini tidak dilatih berperang maka mereka jadi sasaran yg empuk apalagi tak bersenjata dan jumlah mereka tidak seimbang, satu persatu darah para Syuhada itu membasahi bumi Poso,
“larilah akhi..” temannya menyeru..
“Tidak..tidak akan pernah!” Aku takan bersedia menukarkan dinia yg fana ini dengan kehidupan abadi di akhirat,Wajah ini hanya akan tunduk pada Allah semata! Dan tangan yg selalu bertakbir ini tidak akan gemetar melawan para Iblis-iblis biadab itu..! Allahuakbar..dengan penuh keberanian ia berhasil menebas dengan ayunan parangnya beberapa pasukan kelelawar itu...Allahuakbar…ia pun membuat beberapa pasukan kelelawar terdesak.Allahaukbar…!!!
“Tolong…tolong…”Dari kejauhan terdengar jeritan para muslimah yg tengah di bantai, ada yg dicincang, ada yg ditelanjangi lalu di perkosa masal dan di bunuh. Ada para ibu-ibu yg tengah hamil di tombak perutnya.
“Lari cepat.!” Dengan nafas yg tersengal-sengal Nila dan Uswah pun terus berlari entah kemana arahnya dan Bruk!..mereka terjerembab kedalam lobang yg sangat dalam pada saat itu pula mereka berduapun pingsan..
Para santri dan Ustadz yg tidak berdaya di jejerkan bersaf-saf di samping anak sungai poso yg mengalir melintasi pesantern Wali Songo..Mata mereka di tutup dan tangan mereka di ikat, mereka di paksa menundukan kepala lalu....Blash…Kepala mereka semua di tebas, aliran anak sungai poso memerah oleh darah para Syuhada itu…Amirudin tertusuk dua tombak dan lima panah..ia pun terkulai lemah dan ambruk ketanah..
Malam itu adalam malam kelabu bagi Poso, pekatnya gelap malam, dan tiupan angin yg membawa aroma Anyir darah semakin membuat malam itu begitu mengerikan. Namun,Ini bukanlah akhir, tetapi baru awal dari babak peperangan sebenarnya. Peperangan pun seakan tak terbendung lagi, Poso seakan menjadi kota mati. Di berbagai penjuru mayat tak utuh bergelimpangan, ada yang hanya kepala, tangan, atau usus yg terburai dan aroma anyir darah. Bahkan rumah-rumah rata dengan tanah.
Ini adalah krisis terparah, ya krisis adalah sebuah keniscayaan yg akan menghampiri individu, komunitas sampai seluruh dunia ini namun bukanlah krisis yg menyebabkan kehancuran sebuah masyarakat ataupun individu melainkan langkanya para pahlawan yg muncul menyelesaikan permasalahan yg kompleks ini. Karena itu, mestilah muncul sekelompok pahlawan yg mencerahkan kembali dunia ini dengan darah dan keringat perjuangan dak getirnya dakwah, langkah-langkah itu seakan begitu sayup-sayup terdengar.
Selang beberapa minggu Amirudin dirawat di UGD dan Nilawati yg mengalami patah tulang dan mengalami trauma. Ia di bawa oleh pamannya ke Gorontalo. Sedangkan Uswah di Rawat di Rumasakit Kota Palu Sulteng. Kejadian malam itu meyimpan trauma yg begitu mengerikan yang sulit dilupakan oleh Uswatun hasanah, ia masih saja jarang bicara dan sering termenung sendirian…



PPK
(Persekutuan Pemuda Kristen Palu)
Syalom…!Rombongan Persekutuan Pemuda Kristen Palu telah sampai di gedung Korpri Poso, rombongan ini datang untuk memberikan Pelayanan bagi jema’at kristen di poso dan membawa santunan bagi warga nasrani poso, Syalom..Melki pemuda berkacamata itu memberikan salam ala nasrani, Mereka lalu di sambut dan diantarkan ke tempat penginapan yg di jaga ketat oleh BRIMOB,
“Ki..mau kemana?”..
“Ingin jalan-jalan melihat kondisi Poso Juan”,Juan nampak mengerutkan keningnya,
“Heh..anak ini tidak ada takutnya,”
“Juan Apa yg harus kita takuti,bukankah yesus berkata dalam injil Matius jika tuhan sudah bersama kita maka siapa yg mampu melawan kita,” Dengan wajah yg begitu serius Melki menkotbahi temannya itu,
“Heh..dasar Paketu..ya sudah saya temani.”
Sebagai ketua Persekutuan Pemuda Kristen Melki sangat dikenal dengan semangatnya dan sepertinya tak mengenal kata takut.Melki menarik nafas dalam-dalam iapun terhenyak akan kondisi Poso yg menjadi kota mati, rumah-rumah luluh lantak rata dengan tanah, bau anyir darah begitu menyengat, kepala manusia dan usus yg terburai membuatnya terbelalak,
“Demit..Who do it,Oh my God,” Bersama Juan dan Yosep sahabat karibnya, ia berkeliling sambil membawa sebilah badik untuk jaga-jaga.
“Hai ki..”Nampak dari kejauhan teman-teman pengurus PPK menuju kearah mereka,
“Ki tadi kamu di cari Bu Elizabet,” Dengan wajah khawatir dan tajam Silvi gadis Manado berkulits putih ini pun mengajak mereka untuk segera pulang ke tempat penginapan.
“Ya benar ..” Saut Veby menimpali. “Hiii.Ngeri disekitar sini ayo bergegas…” Setelah memberi pelayanan bagi jema’at Poso dan bantuan bagi mereka rombongan ini kembali ke kota Palu.
Tring..!!! Bel berbunyi tanda bagi para sisiwa untuk mulai kerja bakti merapikan dan memperindah lingkangan SMANTI(SMA 3 Palu).Mereka tampak negitu antusias. Begitu pula dengan Uswatun walaupun hanya banyak termenung ia ikut membantu teman-temanya merapikan taman kelasnya. Setelah kerusuhan ia Pindah Ke Kota Palu dan masuk SMAN 3, dengan jilbab yg menjulur ia merapikan taman depan kelasnya, sama sekali tidak terusik dengan busananya. Ia berhenti sejenak lalu bayangannya menerawang... memikirkan nasib sahabatnya nilawati sekarang. sejak kerusuhan ia belum bertemu lagi dengan sahabatnaya itu.
Siswa kelas IPA dua sebelah kelasnya nampak begitu semangat, pandangan Uswah tertuju pada seorang pemuda yg tegap dan berkacamata minus, sebagai ketua kelas dan ketua PPK ia sangat di segani oleh teman-temanya bukan hanya Nasrani namun kawan-kawan Muslim juga. Mungkin karena keramahannya dan keanehannya. Ya, kenapa di sebut aneh, karena meskipun ia seorang nasrani ia tidak pernah mau berjabat tangan dengan lawan jenis, selalu menjaga jarak, dan tidak pernah mau pacaran meskipun banyak teman-temannya yg pernah menembaknya namun ia tolak mentah-mentah, ia pernah di tembak oleh Silvi gadis Manado dan ia tolak dengan santun, bahkan Dini temannya seorang Muslimah tidak berjilbab pernah menembaknya, namun di tolaknya juga..
Entah mengapa Uswah merasa kagum, karena banyak teman-temannya yang Muslim tidak malu untuk pacaran, mereka tidak malu oleh ketua PPK.
Tiba-tiba Khomeni dari belakang mengejutkannya..
“Dar! Uswah Cantik-cantik kok bengong? Ditemenin ya...”,
“Iih..kamu ini Khomeni..tidak malu tuh sama teman kamu Melki, dia serius merapikan taman kamu malah datang kesini menggombal.”
“..Oh..Bos Mulki..ya itulah dia,saya juga aneh sikapnya itu mirip Sorang Muslim ketimbang orang nasrani,kalau dia jadi seorang Muslim Pasti dia menjadi Muslim yg tangguh,Saya sudah bersahabat dengannya sejak SMP,justru saya banyak mengambil nasehat dari dia, saya juga aneh.”
“Heei..khomeni..cepat ambil bak sampah..jangan godain anak orang terus..”
“Ok Bro..” Melki menghardik temannya khomeni, tiba-tiba tanpa sengaja Melki dan Uswah bertemu pandang satu sama lain. Melki seperti melihat ada awan kelabu di mata Jilbaber itu, ya awan sendu yg menghijab pelangi yg begitu indah.
Setelah kerja bakti melki dan khomeni bersih-bersih di mesjid, dan istirahat sejenak di sana,
“Hei ki, .kamu ini kenapa suka istirahat di pelataran mesjid sih?”
“Hmm..gak tau,ya rasanya sejuk saja, dari pada di ruangan kerohanian kristen, lebih enak di sini (mesjid). lagi pula dekat dengan kantin jadi bisa makan sambil istirahat disini.”
Waktu menunjukan Pukul 12 para siswa muslim tengah bersiap solat Jumat, namun Para siswa kristen pun bersiap untuk kebaktian. Dalam kebaktian itu Melki bersitegang dengan Roli dan Silas karena Melki memilih bersikap lemah –lembut dan abstain atas krusuhan di Poso dan ia lebih memilih untuk tidak ikut memusuhi Umat Islam, sedangkan Silas dan Roli mencerca dan ingin menghabisi Umat Muslim. Setelah kebaktian ia keruangan Osis dan bertemu dengan Amiruddin.yg pernah mengalami penyerbuan kelelawar merah, ia merasa miris dengan kejadian di malam kelabu yg di tuturkan oleh sahabatnya Amiruddin..
“Ya...begitulah Ki, aku sangat benci dengan Tibo dan Dominggos.” Wajah Amir penuh kemarahan. “Tapi..kalau kau beda dengan teman-temanmu, mau pulang bareng gak ki?”
“Nggak ah..saya mau ke suatu tempat dulu..”
Gejolak Nurani Melki
Deburan ombak mendayu-dayu saling kejar-mengejar di bibir pantai Talise, desiran angin pun seperti tak mau kalah dengan meniupkan kesejukannya dan menerpa makhluk-Nya di sepanjang pantai yg sedang menikmati Sunset dari atas jembatan lengkung kuning di pantai Talise. Ya Begitulah sepertinya alam ini bertasbih pada-Nya. Tangannya mengepal kuat, hatinya bergemuruh, tak terasa matanya berkaca-kaca mengepulkan embun-embun hangat ,”..Innaladzina qolu Robbunallah..tsummastaqomu tatanazzalu alaihimul malaaaikatu alla takhofu wala tahzanu wa absiru bil jannati latti kuntum tu’adun’..Nahnu auliyaaa…ukum fil hayatiddunnya wafil akhiroh..”(Sesungguhnya orang-orang yg berkata Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka Malaikat-malaikat akan turun kepada(dengan berkata) janganlah kamu merasa takut dan janganlah merasa sedih hati,bergembiralah kamu dengan surga yg telah dijanjikan kepadamu…Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat…) Sayup-sayup lantunan ayat suci itu terdengar mangalun indah dari mesjid tidak jauh dari pantai menejukan hati yg sedang gundah, aneh entah mengapa walaupun tidak memahami artinya Melki merasakan keteduhan dan kelegaan. Sore itu jembatan lengkung di padati para penduduk untuk menikmati terbenamnya matahari. Ada yg ingin melepas penat, atau bersantai bersama keluarga dan ada pula yang merenung seperti aku ini. Sambil memandangi tenggelamnya matahari yg mempesona apalagi saat cahaya jingga kekuningan memantul kepermukaan teluk, bahkan suasana semakin teduh saat warna permukaan teluk mengikuti warna sang surya yg mulai sirna tenggelam di rangkaian karang dan gunung Gawalise. Di senja itulah aku berhenti sejenak untuk kembali menajamkan mata hati, dan membuka kembali peta perjalanan kehidupanku, yang boleh jadi terkikis oleh dan bias seiring waktu. Dalam senja itu kurasakan seakan Tuhan begitu dekat, lalu kupandangi langit senja seraya bermunanjat, Ya Tuhanku Aku ingin Mengenal-Mu, Tunjukanlah Hambamu ini jalan-Mu, Tuhanku yg disurga di kuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak Mu di Bumi seperti di surga, ya Ilahi eli-eli lama sabaktani(ya tuhanku janganlah engkau tinggalkan aku)..Amin…

Kaulah Pahlawan Itu
“Allahuakbar..Allahuakbar...” Gema adzan mengalun dengan indahnya mengajak para Hambanya untuk bersujud akan keagunagnnya, Puluhan pemuda dan pemudi muslim sudah berkumpul di Mesjid Al-Falah, selepas solat maghrib mereka bermusyawarah untuk melaksanakan agenda dakwah yg akan mereka gulirkan di kota Palu maliuntinuvu menjelang Ramadhan esok hari.
Di tengah musyawarah yg begitu khusyu tiba-tiba…Boom…Pintu depan mesjid terlontar akibat ledakan yg hebat…dari kejauhan suara ledakan itu dapat terdengar, spontan Melki yang tidak berada jauh dari lokasi memacu motor bebek Yamahanya ke arah suara ledakan. Di depan matanya nampak mesjid yg terbakar dan perkelahian puluhan orang, banyak wanita yg menyelamatkan diri. Tiba-tiba ia pandanganya tertuju pada seorang gadis yang sepertinya di kenalnya, ya..wanita yg di balut jilbab putih bersih itu adalah ..Uswah..teman kelasnya..wajahnya nampak Pucat Pesi, ia sepertinya masih Trauma dengan kerusuhan dan pembataian beberapa tahun silam di Poso. Namun ia tidak sendirian dari arah belakang nampak dua orang berbadan tegap memburunya..
“Hei wanita bangsat…jangan lari kau..”kata-kata keji keluar dari dua pria bertubuh tegap itu,..Melki pun memasang Kuda-kuda untuk menghalau dua laki-laki pecundang yang berani pada teman Muslimahnya itu..Satu tendangan Usiro Mawasi (tendangan Kuda) berhasil mendarat di rahang pria bertubuh gempal itu, Brak..!!! Rahangnya yg tertawa lebar dengan penuh kebengisan seketika itu terkatup dan berlumuran darah hingga ia pun tersungkur ke tanah, namun tanpa di sangka.. Bruk..Pria bertubuh gempal menendangnya dari belakang, tulang belikat punggungnya terasa nyeri, ia segera mengelak dan berhadapan, saat pria bengis itu melepaskan tendangan ke wajahnya, ia pun menunduk dan melakukan sapuan bawah, Brugg..! pria bengis itupun terkapar jatuh terbanting ke tanah,l alu tak puas menjatuhkannya Melki mendaratkan tendangan pacul kewajahnnya dan hidung pria itupun patah berlumuran darah..
“Bro..” pria bengis itu memberikan tanda untuk pergi…”Ayo..kita Cabut..!” mereka berduapun lari terberit-birit…setelah melihat kondisi aman Melki segera menghampiri sahabatnya yg berjilbab lebar itu.
“ Kau tidak apa-apa.?
“Hik..Hik..” Uswah sahabatnya hanya menangis sambil menunduk menatap kerikil-kerikil yg basah karna air matanya..
“Hei Uswah orang-orang yg mengejarmu sudah pergi tidak usah menangis lagi..”
Sahabatnya pun menyeka air matanya ia berusaha tegar..
“Iya trimakasih ya Mel..” Ia melihat sahabatnya Amirudin ketua Rohis ada di tempat ini juga, ia lalu melambaikan tangannya. Memberikan Isyarat untuk segera bergegas ke arahnya…Amiruddin yg melihat Mulki dan Uswah yg sedang menangis segera berlari kearah mereka..
“MasyaAllah ki..” Amiruddin menepuk punggung kanan temannya..Bruk..
“Aww..” Mulkipun seketika meringis kesakitan..”mir tolong tanganmu jangan menyentuh punggungku sakit tau..!”
“Iya Mel maaf..”
“Mir tadi ada kejadian apa sebenarnya..?”
“Panjang Mul tapi singkatnya ada segerombolan orang yg menyerang kami dengan melemparkan bom berhulu ledak kecil ke arah Mesjid Al-Falah dan aku dan kawan-kawanku sedang ada acara di mesjid itu..singkatnya seperti itu..”
“Aku atas nama kawan-kawanku yg mungkin jadi tersangka meminta maaf kepada kalian ya..”
“Iya Mel tidak apa-apa ko, kalau sama kamu saya percaya. Mel, lebih baik kamu cepat pergi dari tempat ini nanti teman-temanku yg sedang emosi kalau melihat kamu nanti bisa naik pitam.”
“Ok Im Understand..I am go From Here..Ok sampai jumpa lagi…”
Ia pun segera menghidupkan motor yamaha hitamnya…Uswah masih belum bisa melepaskan pandangannya pada taman yang telah menyelamatkannya itu..ia terus menatap bayangan temannya hingga menghilang di balik lembayung..senja..”Ya Allah.. Andai saja ia seorang Muslim.” Uswah berkata dalam hatinya.
Amiruddin pun terpaku memandangi kawannya itu..Mul..Mul..kanapa kamu dilahirkan menjadi seorang Nasrani..Fiuw..iapun menghela napasnya..Lukisan senja Hari ini telah terukir bersama cahaya senja yg smakin beringsut menjaihi Objek pandang,bias takdir yg samar mulai kulukis bersama senja dan alunan takbir..biarkan aku merenung,sendiri dan menyepi,untuk mengetuk pintu kasih-Nya….
Satu Kata Cinta(La ilahailallah)
Kota Palu diterangi oleh cahaya purnama ,semilir angin yg bertiup dari barat membawa kesejukan tersendiri bagi kota Palu. Sebagian rumah terlihat senyap dan menutup jendela dan pintunya, namun hiruk pikuk dan geliat di kota palu masih terasa. Dari sudut kota palu di balik kamarnya yg terkunci rapat di tengah malam yg senyap pemuda itu berdiri tegap menghadap kiblat, matanya berkaca-kaca memandang teduh ke tempat sujud, bibirnya bergetar mengalunkan ayat-ayat ilahi. Hati, jiwa dan raganya seperti menyatu dengan Tuhan pencipta Alam semesta. Embun-embun segar nan hangat berderai dari kelopak matanya membasahi kemejanya yg lusuh. Bila saja tidak ada kekuatan iman terpatri dalam dadanya mungkin ia telah memilih untuk mengakhiri hidupnya, bagaimana tidak ia dihadapkan dengan dua pilihan yg sangat dilematis, Islamkah atau Keluarga yang ia cintai dan tanah kelahirannya, beserta berbagai fasilitas yg ia miliki. Ia terus tenggelam dalam munanjatnya pada sang khaliq. Melki, pemuda ini dikenal sebagai pemuda kristen yg ta’at dan kesayangan keluarganya, ia rajin beribadah dan disenangi juga di segani kawan-kawannya. Ia semakin tenggelam dalam tafakur dan munanjatnya, Gema Adzan, lantunan ayat-ayat suci Al-quran dan kesejukan dalam ruku dan sujud selalu saja meresap dalam jiwanya dan sulit untuk dilupakan. Dia terpaku di atas sajadah hijau yg dia simpan sembunyi-sembunyi dari kedua orang tuanya, di pangkuannya ia memegang qur’an terjemahan, ia merenungkan kata-demi kata dari quran itu dan ia membukanya dari arah kiri ke kanan, matanya tertuju pada surat Al-ikhlas,”Katakanlah Dialah Allah yg Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan , dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Hatinya bergemuruh dan tersentak, air matanya mengalir deras, kemudian pandangan tertuju pada surat Asyams; “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
dan bulan apabila mengiringinya,dan siang apabila meanmpakannaya, Dan malam apabila menutupinya,…………”’
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Jiwa dan raganya bergetar, ia bertanya-tanya, apakah ia termasuk orang yg menyucikan dirinya.. atau mengotori jiwanya, termasuk golongan yg beruntung atau yg merugi..
Sementara itu disisi kamar lain ayahnya terbangun dan mengintip kedalam kamar, hatinya panas, matanya merah, urat-uratnya menegang dan Bam…Seketika itu juga pintu kamarnya di dobrak..ia tersentak kaget..”Masya Allah..!”
“Eki..Apa-apaan ini?” sebilah pisau melayang tips nyaris mengenai wajahnya..ibunya menghalau ayahnya..sontak ia Mengucapkan Satu Kata Cinta Itu “Asyhadu Allaillahailallah wa anna muhammadarrasulallah”.
Sejak kejadian itu ia diamankan oleh ibunya, Ibunya berkata sambil berlinang air mata, sembari memberikan amplop dan tiket,
“Nak jika keputusannmu sudah bulat ,mama juga tidak bisa menghalangi, Carilah Cinta-Nya, temukan kebenara-NYA, bukan hanya untukmu tapi untuk Mama Papa,,Meikal, Mia dan adikmu, Perjuangkanlah Keyakinanmu nak, mama sangat sayang dan mencintaimu, mama tidak mau melepasmu nak, tapi bila keputusanmu sudah bulat, mama hanya akan berdoa dari sini...”
Melki pun pergi berhijrah mempawa sejuta asa dan harapan, Bagi sebagian keluarganya ia adalah pahlawan yg memperjuangkan kebenaran, selang beberapa tahun Ibunya mengikuti Langkahnya ke dalam cahaya Islam, namun ia berharap Ayah, kaka dan adiknya akan mengikutu jejaknya. Salam Cinta dari seorang hamba yg sedang meniti jalan mengetuk pintu HidayahnNya, Seorang hamba yg bermimpi setangguh Umar dan selembut Abubakar. Akhukum

Jalan Cinta Para Pejuang
(Salim A Fillah)
Tapak Pertama VISI
Agar aku tak lagi lagi tertidur lelap,tapi bangkit terjaga
Agar aku tak lagi tertunduk Sayu
Tapi tegak terpancang
Agar Cintaku tak lagi terpejam sendu
Tapi tajam terpancar
Agar aku tak menyisipit silau,tapi menatap lekat
Agar aku tak memandang serampang
Tapi menelisik jeli

Terus bergerak Tuntaskan Perubahan hingga tegak Islam Di Bumi Pertiwi Tercinta
(Muh.mulki. Ibrahim Al-Faruq)






22q

0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!