Searching...
Kamis, 12 Maret 2015

Sebuah Kisah Tentang Ukhuwah Dan Qiyadah






Sebuah Kisah Tentang Ukhuwah Dan Qiyadah
 Oleh : Iwan Maulana; kaderisasi


 


Ada sebuah kisah menarik, dari seorang Ustadz di suatu kesempatan. kisah yang sampai saat ini masih terngiang di benak  saya, menjadi pelecut kembali untuk merekatkan tali ukhwah yang mungkin sudah mulai longgar. Dengan tenang sang ustadz mengisahkan, berawal dari sebuah rencana peperangan pasukan muslimin dengan orang-orang kafir. Ketika dalam perjalanan menuju medan perang, pasukan muslimin melewati sebuah sungai. tiba-tiba ada seorang prajurit yang kehilangan tempat airnya. Melihat ada prajuritnya yang tertinggal dan mencari-cari sesuatu panglima perang kaum muslimin menanyakan pada prajurit yang lain. “Kenapa si fulan seperti mencari-cari sesuatu?” “ia kehilangan tempat airnya?”. Panglima perang kaum musliminpun menghentikan rombongan, kemudian semua prajurit mencari tempat air saudaranya ini. 

Tak jauh dari tempat itu seorang mata-mata kaum kuffar tengah mengintai pergerakan kaum muslimin, setelah dirasa informasi sudah cukup ia melapor pada tuannya. "Bagaimana pengintaian mu?" tanya panglima perang kaum kuffar. "tidak ada yang mengkhawatirkan tuan semua seperti yang sudah di perkirakan, hanya saja ada satu kejadian yang membuat saya ingin tertawa" jawab si mata-mata. "Apa itu?" penasaran panglima perang, "Tadi ketika di perjalanan melewati anak sungai, Ada salah seorang pasukan mereka yang kehilangan tempat air minum, lantas beramai-ramai pasukan tersebut membantu mencari tempat air minum tersebut sungguh lucu kan Tuan?" dengan nada penuh ketakutan sang panglima berkata "Bodoh kamu? Tarik semua pasukan kita dan jangan pernah menantang kaum muslimin". dengan ekspresi muka bingung sang mata-mata bertanya "kenapa tuan?", "Kau tahu, itu baru tempat air yang hilang, bagaimana jika meraka kehilangan salah seorang dari mereka? dapatkah kamu membayangkan?" ucap panglima perang dengan marah.

 Lantas bagaimanakah kita?. Terkadang kita lupa akan saudara kita, membiarkan mereka dalam kesusahan dan gelisahan menunggu konfirmasi hadir atau tidaknya kita di syuro yang akan diadakan. Ada juga saudara kita yang terkadang kita hukum karena tepat waktu dengan keterlambatan kita. Inilah yang terkadang perlu kita perbaiki bersama, bahwa mungkin tidak akan seterusnya kita akan di pahami orang lain. Pemkluman orang lain pun akan ada batasnya, maka mari saling mengintropeksi. Satu hikmah lagi yang sangat saya kenang adalah ketika di akhir kisahnya sang Ustadz berkata “Ikhwah fillah ini juga yang mungkin sering kita lupakan, ber-husnudzan pada qiyadah”. Banyak kebijakan yang mungkin tidak kita pahami tetapi terdapat banyak hikamh yang bisa kita ambil. Mari memantaskan diri, menjadi prajurit terbaik di bawah komandan terbaik. “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim). 
Wallahu a'lam bishowab

Diposkan oleh HUMMAS KAMMI UIN SGD Bandung/Staff;kn

0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!