Searching...
Sabtu, 26 September 2015

Berpikirlah Mundur

"Berpikirlah Mundur"
Wawan Maulana (Sekdep Kaderisasi 2014-2015 UIN Bandung)


Sebuah ungkapan yang saya dengar cukup aneh dari seorang Ustadz disuatu kesempatan dalam majelisnya. “Berpikirlah mundur, jangan maju!” ujar Ustadz itu dengan tekanan pada kata “mundur”, bingung benar-benar bingung. Kok berpikir mundur. “kalian tahu bahwa dalam membuat film ada beberapa sutradara membuat ending dahulu, baru kemudian mundur selangkah demi selangkah sampai di garis start”. Saya baru ngeh disana cuma belum mengerti. Otak saya makin berputar disana. Tetapi seolah tahu, saya dilarang banyak berpikir pada saat itu. Simpan saja dulu siapa tahu nanti tahu, begitu beliau berpesan.
Ternyata jika boleh saya menghubungkan inilah cara orang-orang zionis yahudi merealisasikan mimpi membangun israel raya. Jahat memang , namun (ahh saya lupa siapa pendiri zionis itu) tercapai. Kini sebagian besar wilayah Palestina di kuasai israel, bahkan israel adalah satu-satunya negara yang tidak mencantumkan batas negara karena mereka yakin negara mereka akan jadi israel raya terus membesar. Sungguh jahat.
Namun kita akan melihat sebuah hal lain tentang “berpikir mundur” dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Dalam keadaan genting dan waktu terbatas menyambut perang melawan koalisi kafir arab, Salman Al farisi menggagas membuat parit, namun para sahabat dihadapkan dengan beberapa buah batu, teramat kuat untuk dihancurkan ketika eksekusi membuatan parit dilakukan, tetapi inilah pemicu “berpikir mundur” atau boleh kita sebut Visi yang mengubah pandangan manusia didunia tentang umat yang terjebak di Madinah dan tertatih membangun parit, yang beberapa abad berikutnya menguasai hampir sepertiga dunia dengan gerakan pembebasan.
Rasulullah maju setelah mendengar pengaduan sahabat tentang batu besar nan sukar dihancurkan. Rasulullah mengambil martil dan mengangkat tinggi “Allahu Akbar!” satu bagian batu hancur muncul percikan api, kemudian berucap “Allahu Akbar! Kunci-kunci Syam telah diberikan kepadaku. Demi Allah aku tengah melihat istana-istananya yang kemerahan”. Pukulan kedua menghancurkan satu bagian lain “Allahu Akbar! Kunci-kunci Yaman telah diberikan pula padaku. Demi Allah kini aku tengah melihat pintu-pintu kota Shan’a dari tempatku ini”. Pukulan ketiga pun sama “Allahu akbar! Kunci-kunci Persia telah diberikan padaku. Demi Allah aku tengah melihat pintu-pintu kota Kisra dari tempatku ini”.
Bagi orang yang munafik nan pesimis apa yang Rasulullah ungkapkan adalah suatu yang sangat gila, bagaimana mungkin menaklukan dua negara adikuasa dunia sementara kita saja sulit mengahdapi orang-orang kafir arab. Namun tidak bagi para sahabat, ini adalah visi pelecut semangat bahwa Allah menjanjikan hal demikian. Dan visi ini akan terealisasikan oleh sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baik pasukan.
Begitulah Ikhwah Fillah sekalian, berpikir mundur bukan berarti mengurangi daya pikir, namun merancang dan menargetkan visi jangka panjang, menengah dan pendek. Dalam sampul buku Menyiapkan Momentum karya Rijalul Imam jika kawan pernah membaca adalah ungkapan yang cukup mengena dari Peter Drucker bahwa “Cara terbaik memprediksi masa depan adalah dengan menciptakan masa depan”. Bergeraklah tuntaskan perbaikan wahai prajurit terbaik.
Wallahu’alam Bishowab...



0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!