Searching...
Sabtu, 04 April 2015

Yang lebih Penting Dari Terkabulnya Doa

Yang lebih Penting Dari  Terkabulnya Doa

Bahwa Allah dengan ilmuNya lebih mengetahui apa yang kita atau hamba Nya butuhkan, lebih mengerti apa yang hambaNya perlukan. Bukankah kata bijak mengingatkan kita bahwa Alloh memberi apa yang kita butuhkan bukan yang kita ingin kan. Bahwa Alloh juga yang mengatur system kehidupan alam ini tanpa manusia mengiba atau meminta sebagai contoh oksigen untuk bernafas dengan mudah manusia mendapatkannya dan bernafas dengannya. Serta memberikan  karunia tak terhingga lainnya kepada hamba-hambaNya. Baik untuk yang meminta maupun diam saja, penuh mengiba atau yang bermuka masam, yang yakin maupun tak percaya; limpahan karunia serta rizki dari Nya punya jalan tak terhingga.
Lantas, untuk apa kita berdoa ? jika Alloh yang Maha Tahu, yang merajai alam semesta mengetahui dengan sempurna setiap detil kehidupan makhlukNya ?
Baiklah, mari kita menilik lagi kisah para pemantul dan pemancar ulang dari keagungan penciptaNya, yaitu hamba-hambaNya yang dikaruniakan keselamatan, keberkahan, dan segala kebaikan  pada dirinya.
Pertama kisah mulia pada Surah Al-Qashash yaitu nabi Musa a.s. ketika beliau melarikan diri dari kejaran para pembesar Firaun yang telah berunding akan membunuh Musa lantaran secara tak sengaja Musa telah membunuh orang Qibthi dari bangsa Firaun. Sedangkan Musa sendiri adalah keturunan Yaqub alaihisalam, suku pendatang yang diperbudak.
Musa berlari dan menuju kearah Madyan dia berdoa ,”mudah-mudahan  Tuhanku memimpinku kejalan yang benar”(al-qashas: 22)
Kemudian disana (Madyan) Musa melihat penduduk yang berdesak-desakkan memberi minum tenak. Disana terdapat dua orang gadis yang memegang kekang kambing-kambing mereka agar tak mendekati mata air sebelum pengembala-pengembala lainnya memulangkan ternak mereka. Kemudian Musa dengan cekatan menawarkan bantuan untuk memberi minum domba tersebut dan menyelesaikan sebab orang-orang berdesak-desakkan  dengan mengangkat batu yang menjadi penghalangnya.
Tanpa perlu imbalan dan ganjaran dari manusia, Musa kembali ketempat yang teduh lalu berdoa , dalam surah al-qasash: 24. ,”Rabbii innnii lima anzalta min khairin faqiir”, Duhai Pencipta, Pemelihara, Pemberi risky, Pengatur urusan, dan Penguasaku; sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikkan(makanan) yang Engkau turunkan kepadaku”.
Dalam kisah ini, Musa yang tengah kelaparan hendak meminta makanan  didalam doanya. Padahal cukup baginya jika ia hendak meminta imbalan berupa makanan kepada dua gadis yang telah ia beri jasa tadi sebuah jamuan.
Setidaknya dalam kisah ini, Alloh  lewat wahyu Nya yang mulia hendak menyampaikan pelajaran berharga bagi kita umat manusia. Seperti terdapat dalam buku Salim A.Fillah dalam karyanya “Lapis-Lapis Keberkahan”, Musa mengajarkan kita tiga hal penting.
 Pertama,  bahwa hanya Alloh lah yang layak di simpuhi kedermawananNya. Karena meminta dan mengharap kepada makhluq hanyalah kehianaan dan kenistaan. Baik hajat kecil yang ringan maupun berat seumpama sebuah makanan yang terbilang kecil, hanya Alloh lah tempat meminta, memohon pertolongan.
Kedua, kita melihat bagaimana seorang Musa dalam berdoa mempunyai sebuah adab atau tata karma. Ini adalah hal yang penting, dari soal boleh atau tidak boleh. Sebagian ulama mensyatiatkan bahwa sebuah doa kepada Alloh dengan susnan kalimat perintah, ia benar dan dibolehkan sebagaimana  terdapat pad Al-quran dan Sunnah. Hal penting ini adalah soal patut tak patut, soal indah tak indah, dan soal adab.
Maka didalam doanya Musa tak mengatakan,”Ya Alloh, berikan..Ya Alloh, Turunkan…. Ya Alloh, sediakan…” Namun Musa merundukkan diri dan berlirih hati,” Duhai Pencipta, Pemelihara, Pemberi risky, Pengatur urusan, dan Penguasaku; sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikkan(makanan) yang Engkau turunkan kepadaku”.
Ketiga, Musa menunjukkan bahwa berdoa bukanlah memberi tahu Alloh  yang Maha Tahu apa hajat-hajat kita. Terlebih dari iti, berdoa dalah bincang mesra dengan Rabb yang Maha Kuasa, agar diridhai semua yang Dia Limapahkan,  Dia ambil, ataupaun yang Dia simpan untuk kita.
Maka dalam doanya Musa tidak mengatakan, “ Ya Alloh, berikanlah padaku makanan”. Musa pasrahkan karunia yang dimintanya pada ilmu Alloh Yang Maha Bijaksana. Dia percayakan anugrah yang dimohonnya pada pengetahua Alloh Yang Maha Dermawan. Dia pun mengatakan," sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikkan(makanan) yang Engkau turunkan kepadaku”.
Dan dalam kisah ini, Alloh pilihkan  jawaban dan balaskan kebaikkan melalui orang yang padanya Musa telah mengulurkan bantuan. Sebuah keluarga terpilih, yang akan menjadi tempatnya mendewasa dan menjadi titik tolak kenabian dan kerasulannya.( Al-qashash : 25-29)
Maka demikianlah Alloh Yang Maha Pemurah. Bahkan, apa yang tak pernah kita minta, Dia tidak pernah alpa memberikannya. Tiap Doa sessungguhnya kita diharap bersiap menerima yang lebih baik,  lebih banyak, dan lebih indah. Baik di dunia maupun di Akhirat. Sebab hanya ditangan Nya lah segala  kebaikkan. Sebab, Dial ah yang Maha Kuasa atas segala Sesuatu.
Maka Umar Ibn Khatab berkata : “Aku tak pernah khawatir apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, sebab setiap kali Alloh mengilhamkan hamba-Nya untuk berdoa maka Dia sedang berkehendak untuk memberi Karunia. Yang aku khawatirkan adalah jika aku tidak berdoa”.
Maka lezatnya  penghambaan takkan terasa hingga kita merasa bahwa bermesra pada Alloh dalam doa lebih penting dari pengabulannya.  Wallahu alam.

 writing by : Kurnia Nusantari (KN)/ staff HUMAS masa jihad 2014-2015







0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!