Searching...
Senin, 19 Maret 2018

Cinta Sang Utopis



Oleh : Agum Restu Alam
Kadept. Kebijakan Publik KAMMI UIN SGD Bandung 2017-2018

(Senin,19/03/18)Cinta merupakan hal yang tak bisa lihat, tak bisa diraba, apalagi tak bisa dibuang, karena hakikatnya manusia diciptakan dengan rasa cinta oleh Allah swt. Cinta kadang unik menurut saya, hal yang kaku, hal yang membuat orang ragu, hal yang membuat orang terus berpacu, dan hal yang membuat orang ingin terus melaju. Cinta kadang hal yang utopia jika bukan rasio yang membuka, namun apa cinta harus dengan logika ?. Tentu tidak kawan, jika kau logika kan semua cinta degan logika otak dan nalar mu, maka kau tidak akan meyakini sesuatu yang tak kasat mata kelopak matamu. Namun apakah cinta sang utopis hanya bisa digambarkan dan sulit direlisasikan yang hanya akan menjadi sampah di alam pikiran ini.

Banyak manusia yang terjebak hal yang sempit dan pelik. Kadang dia hanya diartikan sebagai hal yang berbau aliran listrik (chemistry) antar dua insan manusia. Pikiran itu membuat banyak orang yang terjebak dan terjerumus kepada hal yang tidak diRidhoi-Nya. Oleh karena itu, cinta yang hakiki bukan sekadar saling suka atau rasa menyangi, namun itu hanya komponen kecil yang membuat komponen utamanya menjadi terlupakan.

Mencintai itu hal wajar, namun itu menjerumuskan kepada murkanya, seyogyanya kau segera sadar jika cinta mulai melenceng dari visi dan misi uatamanya. Mencintai KAMMI dengan kritik, ada apa dengan KAMMI, mengapa aku mencintai KAMMI. Itulah literasi buku-buku, hasil-hasil karya seorang insan untuk mengungkapkan rasanya kepada suatu hal. KAMMI bukanlah segerombolan orang yang bergerak kesana-kesini, mondar-mandir tak karuan, apalagi taklid kepada suatu hal yang belum dia ketahu bahkan yakini. Karena kami adalah orang orang-orang yang berfikir dan berkehendak merdeka. Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak, kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan (kredo gerakan KAMMI). Itulah sebuah narasi yang dibuat oleh orang-orang hebat pada saat bumi pertiwi ini diguncang kebebasan berfikir dan dalam keadaan penuh keresahan dan kegundahan. Apakah orang-orang ini adalah sang utopis? Saya berfikir sejenak di alam yang segar itu, 1000 tangga menemani langkahku. Hembusan angin terus merasuk melewati telingaku, dan terus merasuk kedalam jiwa dan relungku. Kadang apa yang ada dalam narasi itu, terbesit terfikir ini hanya sebuah hal yang utopia yang utopis dan tidak realistis. Namun, ada sebuah point yang sangat menusuk relung hati, yaitu kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan. Penggalan ucapan ini, menampar orang-orang yang ingin dikatakan sang cendikia namun tak membela yang harus dibela. Menjadi suatu hal yang mustahil dan ill feel yang membuat kadang mulut tersenyum. Namun, senyum itu mulai padam dan tenggelam, berubah menjadi konversi berputar 180` dalam pikiran.

Ini bukan hanya sekadar wacana, yang menginginkan hal yang fana, justru ini adalah hal yang luar biasa dan realita, bagaikan 1000 langkah yang terus melaju menderu melintas laju yang ragu. Kredo ini bukan hak yang utopis, namun memang ini akan menjadi hal yang utopis bagi orang-orang yang pesimis. Bagi orang-orang yang optimis itulah yang kau akan tuai hasilnya dari tanaman yang kau tanam saat ini dan akan menjadi ladang syurga untuk kebaikan kehidupan yang hakiki.

Cintailah apa yang menjadi hobimu. Karena jika hobi atas dasar cinta, maka sekalipun itu hal yang jauh dari realita maka itu hanyalah sebuah isapan ujian yang akan menjadi lompatan kehidupan. Bagaikan kau bermain game, sampai kau candu ketika kau tak bersua dengannya, maka jadikan KAMMI ini adalah game yang menjadi candu ketika kau tidak bersua denganNya.

~ OPTIMIS, DINAMIS, & AGAMIS ~ 
(ARA)
Agum Restu Alam

0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!