Searching...
Rabu, 09 Juni 2010

“Derita Anak Jalanan, Tanggung jawab Kita Bersama”



oleh
Siti nurda
****

“Saat mentari menampakan senyumnya, aku masih tertidur pulas, lantunan adzan subuh dua jam yang lalu, tidak terdengar sama sekali di kedua telingaku. Aku masih ingin tidur, tidur itu enak. Bebas, lepas, tiada beban.
Alangkah enggan aku untuk bangun, malas rasanya. Setiap hari aku harus melakukan aktivitas yang sama. Aku malas melihat mentari yang mulai menampakan wajahnya kepermukaan. Tapi, mau bagaimana lagi, aku harus bangun, meraih “alat musik” ciptaan ku. Hebat kan aku?? Wah, aku bisa menciptakan alat musik. Ah…andai saja aku memang hebat, tak harus aku “berkeliaran di jalan seperti ini”. Tuhan, apakah yang berhak mendapat kesenangan itu hanya orang kaya saja? Aku mulai bosan dengan hidupku, usia ku memang masih panjang. Umurku baru seumur masa reformasi di Indonesia katanya, baru 12 tahun. Malah teman-temanku yang lain, masih balita. Bayangkan ada balita yang “berkeliaran” di tengah derungan mesin-mesin yang mengeluarkan polusi. Adakah yang peduli terhadap kami? Karena kami juga jenuh dengan semua ini. Termasuk kebiasaan kami menghirup lem.
Adakah yang peduli ketika kai menghirup lem?
Kami tahu, tidak ada satupun alasan yang membenarkan kami untuk “menghirup lem itu,” kami juga masih bisa membaca. “ Kegunaan : perekat sepatu, blabla. Tapi, jika kami lapar dan tidak ada uang, itu satu-satunya yang bisa kami lakukan. Kami tidak ingin mencuri. Kami tidak ingin di gebugi orang-orang lalu masuk penjara. Kami ingin bebas, tapi bukan bebas yang seperti ini. Bagi kami tidak palah kami harus menghirup lem daripada mencuri.
Mentari mulai turun lagi, tapi aku enggan untuk pulang. Biarlah, aku coba rangkai mimpi-mimpiku di jalanan ini. Menikmati setiap desir angina di jalan yang gersang ini. Adakah orang yang peduli dengan nasib kami? “
***
Saya “bergabung dengan mereka memang baru 2 kali. Pada tanggal 29 Mei dan 6 Juni 2010. Tempat biasa mengajar mereka di belakang pom bensin persimpangan Buah Batu. Mereka sangat banyak jumlahnya, dari 2 kali pertemuan itu jumlahnya tidak menentu. Pertemuan pertama sekitar 12 anak, pertemuan dan pertemuan kedua sekitar 15 anak. Pertemuan dengan anak-anak ini insyaallah akan berlanjut setiap 2 hari per pecan hari Jumat dan Sabtu . Mereka diajarkan membaca, menulis, dan pelajaran-pelajaran agama.
Jika di setiap persimpangan yang ada di Bandung terdapat minimalnya 15 anak, bayangkan perempatan atau persimpangan di Bandung ada berapa banyak. Meskipun ini tugas pemerintah, karena sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, tapi elemen masyarakat tidak bisa lepas tangan dengan kondisi “permasalahan sosial “ ini. Harus ada peran semua elemen untuk “memberantas” anak-anak jalanan. Jika semuanya berusaha mengambil perannya masing- masing insyaallah anak-anak itu tidak akan “berkeliaran” di jalan. Minimalnya mereka akan berusaha menjadi lebih baik. Sebenarnya, mungkin secara “manusiawi” mereka tidak ingin sama sekali untuk terlahir dilingkungan “seperti itu”. Jika bisa memilih sejak lahir, mereka pasti menginginkan hidup dalam keluarga yang nyaman, bergelimang harta dan kekuasaan. Toh semua orang juga menginginkan hal seperti itu. Tapi sadarilah, setiap insan bisa meraih mimpinya. JIKA kita mau mengubah keadaan kita. Allah tidak akan mengubah suatu kau, jika kaum itu tidak mau berubah. (QS. Ar-Rad : 11)
Artinya :bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merubah Keadaan mereka, selama mereka tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka.
Allah Maha Adil dan Bijaksana. Bacalah kisah Rani (13thn). Dia harus “keluar” dari SD nya karena “tidak tahan” dengan perlakuan guru dan teman-temannya. “hari Senin pas upacara saya kesiangan sekitar 4 menit, karena waktu itu saya ngamen dulu. lalu tangan saya di cepret, sampai kalau bahasa Sundanya mah “getih wuwungan”. Katanya sambil memperlihatkan telapak tangannya. “saya sekolah sampai kelas 4, soalnya ada guru saya yang suka memarahi saya karena saya miskin dan buku saya jelek, saya juga suka dipaksa untuk beli buku, padahal saya tidak punya uang. Teman-teman saya di sekolah juga suka meledek.” Lanjutnya mengenang masa lalu.
Terlepas dari benar atau tidaknya apa yang dia katakan, ini adalah PR besar bagi semua elemen bangsa ini. Lebih miris ketika anak-anak umur 5 tahun sudah “terjun” ke “jalan” untuk mencari uang “koin”.
Mari bersama “berantas” anak-anak jalanan, karena bagaimanapun mereka adalah generasi muda Indonesia yang harus diselamatkan.

0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!