"Berpikirlah Mundur"
Wawan Maulana (Sekdep Kaderisasi 2014-2015 UIN Bandung)
Sebuah ungkapan yang saya dengar cukup aneh dari
seorang Ustadz disuatu kesempatan dalam majelisnya. “Berpikirlah mundur, jangan
maju!” ujar Ustadz itu dengan tekanan pada kata “mundur”, bingung benar-benar
bingung. Kok berpikir mundur. “kalian tahu bahwa dalam membuat film ada
beberapa sutradara membuat ending
dahulu, baru kemudian mundur selangkah demi selangkah sampai di garis start”. Saya baru ngeh disana cuma belum
mengerti. Otak saya makin berputar disana. Tetapi seolah tahu, saya dilarang
banyak berpikir pada saat itu. Simpan saja dulu siapa tahu nanti tahu, begitu
beliau berpesan.
Ternyata jika boleh saya menghubungkan inilah cara
orang-orang zionis yahudi merealisasikan mimpi membangun israel raya. Jahat
memang , namun (ahh saya lupa siapa pendiri zionis itu) tercapai. Kini sebagian
besar wilayah Palestina di kuasai israel, bahkan israel adalah satu-satunya
negara yang tidak mencantumkan batas negara karena mereka yakin negara mereka
akan jadi israel raya terus membesar. Sungguh jahat.
Namun kita akan melihat sebuah hal lain tentang
“berpikir mundur” dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Dalam keadaan
genting dan waktu terbatas menyambut perang melawan koalisi kafir arab, Salman
Al farisi menggagas membuat parit, namun para sahabat dihadapkan dengan
beberapa buah batu, teramat kuat untuk dihancurkan ketika eksekusi membuatan
parit dilakukan, tetapi inilah pemicu “berpikir mundur” atau boleh kita sebut Visi
yang mengubah pandangan manusia didunia tentang umat yang terjebak di Madinah
dan tertatih membangun parit, yang beberapa abad berikutnya menguasai hampir
sepertiga dunia dengan gerakan pembebasan.
Rasulullah maju setelah mendengar pengaduan sahabat
tentang batu besar nan sukar dihancurkan. Rasulullah mengambil martil dan mengangkat
tinggi “Allahu Akbar!” satu bagian batu hancur muncul percikan api, kemudian
berucap “Allahu Akbar! Kunci-kunci Syam telah diberikan kepadaku. Demi Allah
aku tengah melihat istana-istananya yang kemerahan”. Pukulan kedua
menghancurkan satu bagian lain “Allahu Akbar! Kunci-kunci Yaman telah diberikan
pula padaku. Demi Allah kini aku tengah melihat pintu-pintu kota Shan’a dari
tempatku ini”. Pukulan ketiga pun sama “Allahu akbar! Kunci-kunci Persia telah
diberikan padaku. Demi Allah aku tengah melihat pintu-pintu kota Kisra dari
tempatku ini”.
Bagi orang yang munafik nan pesimis apa yang
Rasulullah ungkapkan adalah suatu yang sangat gila, bagaimana mungkin
menaklukan dua negara adikuasa dunia sementara kita saja sulit mengahdapi
orang-orang kafir arab. Namun tidak bagi para sahabat, ini adalah visi pelecut
semangat bahwa Allah menjanjikan hal demikian. Dan visi ini akan terealisasikan
oleh sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baik pasukan.
Begitulah Ikhwah Fillah sekalian, berpikir mundur
bukan berarti mengurangi daya pikir, namun merancang dan menargetkan visi
jangka panjang, menengah dan pendek. Dalam sampul buku Menyiapkan Momentum
karya Rijalul Imam jika kawan pernah membaca adalah ungkapan yang cukup mengena
dari Peter Drucker bahwa “Cara terbaik memprediksi masa depan adalah dengan
menciptakan masa depan”. Bergeraklah tuntaskan perbaikan wahai prajurit
terbaik.
Wallahu’alam Bishowab...
0 comments:
Posting Komentar