Oleh Eka Firmayanti
Saat
malam pertamanya Fatimah berkata pada suaminya “Tahukah bahwa dari dulu
aku telah menyukai seorang ikhwan?” Ali bin Abi Thalib terkejut, “siapa
dia?” Fatimah dengan senyum manisnya menyebutkan “ikhwan itu adalah
engkau”
Ya,
begitulah mereka yang saling menjaga hati yang di jodohkan oleh Allah
hanya kepada mereka yang terjaga jua. Bukankah Allah telah mengabarkan
hal itu dalam surat An-Nur:26
“Perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk Perempuan-perempuan yang baik”
Allah
Maha tahu siapa yang terbaik untuk kita, jika kapasitas kita segini,
amalan yaumi masih acak-acakan, tilawah belum konsisten, pandangan tidak
terjaga ya hanya akan dapat yang terbaik menurut Allah, tidak usah
mengharap memaksa Allah untuk menginginkan ikhwan/akhwat A, karena belum
tentu baik untuk kita. Buang-buang energi, karena toh belum tentu jodoh
dengan kita kan?? (meskipun masih ada yang ngarep,hehe)
Begitupun
Allah telah mengabarkan bahwa mereka yang tidak terjaga akan
mendapatkan yang tidak terjaga pula dalam kalimat sebelumnya di surat
An-Nur ayat 26:
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk Perempuan-perempuan yang keji”
Teringat perkataan Ust. Darlis Fajar saat mengisi dauroh Murobbi jadi sedikit membahas perjodohan
kurang lebih seperti ini “Orang yang berpacaran itu masalahnya adalah
pada aqidah. Mereka tidak percaya akan jodoh yang ditetapkan oleh Allah
sehingga mereka mencari-mencari orang untuk di ikat dalam ikatan yang
tidak halal untuk kemudian dijadikan pendamping hidupnya”
Nau’dzubillah,,jika
aqidah kita masih dipertanyakan, berarti muwashoffat no 1 (salimul
aqidahnya belum lulus,he). Bagi orang ammah mungkin seperti itu di
sebutnya dengan “pacaran”. Pertanyaanya “apakah aktivis dakwah juga ada
yang seperti itu?”, Saya berharap tidak ada dan tidak akan ada.tapi,
wallahu a’lam. Masih perkataan Ust. Darlis Fajar pada saat yang sama
ketika mengisi daroh Murobbi menceritakan mahasiswanya yang di suruh
putus oleh ust. Akhirnya mahasiswa itupun putus, dan kata-kata
endingnya. “Jadi, setelah pulang dari acara ini, putuskan pacarnya”
Astghfirulloh,,saya
jadi berfikir, memangnya ada pacaran di kalangan aktivis dakwah? Yang
syuronya di hijab tembok, interaksi ikhwan dan akhwatnya terjaga,
koordinasinya tentang dakwah, biacaranya pun tentang kemajuan dan solusi
dakwah,etc. Atau mungkin kondisinya berbeda dengan pacaran, di kalangan
aktivis dakwah istilahnya nge-tag atau kata ust. Salim A. Fillah
mencari calon cara jari telunjuk yang menunjuk ikhwan/akhwat A. Atau
mungkin koordiasinya yang sudah menjadi ajang curhat pribadi, saling
mengingatkan qiyamullailnya sudah lintas genre “ukhti,bangunlah.. Mari
qta qiyamullail dan mendoakan kader-kader kita agar istiqomah di jalan
dakwah (iihhh,,jijik..), atau mungkin hal-hal yang lain yang tidak saya
ketahui kebiasaannya dengan apologik dakwah, untuk dakwah, demi dakwah..
Astaghfirullah,, Ntahlah semoga Allah mengampuni prasangka ini..
Ikhwahifillah,
sungguh rugi jika fikiran kita habis dengan fikiran yang tidak berguna,
waktu kita habis dengan harapan semu, tenaga kita habis oleh yang
fana’.Allah
telah menetapkan yang terbaik untuk kita. Boleh jadi pandangan yang
terbaik bagi kita bagi Allah tidak. Sungguh, Allah Maha tau kita
daripada diri kita sendiri.
Selembut
Fathimah hanya Allah pasangkan dengan sepemalu Fathimah, setegar Asma’
Allah pasangakan dengan segagah Az-Zubayr, sesabar siti Hajar Allah
pasangkan dengan seikhlas Ibrohim. Sungguh, Allah Maha tahu. Apalagi
yang diragukan??
Orang
yang kita harapkan, orang yang kita idamkan, orang yang kita kagumi,
orang yang menurut kita baik, orang yang perhatian sama kita, orang yang
sudah kita ikat, belum tentu yang terbaik dan belum tentu berjodoh
dengan kita. Jika kita masih memaksa dan sampai Allah memberikannya,
mungkin Allah memberikannya dengan cara dilempar ke muka kita sambil
marah. Nau’dzubillah.. berbeda dengan yang saling menjaga, Allah akan
memberikannya dengan tulus dan sambil tersenyum. Tinggal kita memilih
cara apa yang kita inginkan pemberian dari Allah.
Sungguh Allah mencintai kita, jika kita mencintaiNya, Allah tahu yang terbaik untuk kita.
Ikhwahfillah,
daipada kita buang-buang energi dengan yang tidak baik, mending kita
persiapkan diri menuju kwalitas diri yang lebih baik. Karena bukankah
“yang baik itu hanya untuk yang baik”
Jika,
ada yang merasa sudah terjerumus, masih ada jalan taubat yang Allahpun
akan mengampuni dosa-dosa hambanya dan memberikan pasangan yang terbaik.
NB:
Untuk para qiyadah yang bermaksiat, ingatlah kader-kader antum. Kondisi
jundi dapat dilihat dari kondisi para qiyadahnya. Maukah kita menjadi
penebar duri dalam dakwah, dan ingatlah keberkahan dakwah. Akankah Allah
memberkahi jika masih ada yang bermaksiat.
Tulisan ini ku persembahkan untuk pribadi sebagai bahan introspeksi diri, untuk akhwat yang harus lebih tegas, menjaga dan merespon ikhwan biasa saja, terkadang akhwat menjadi tombak kemaksiatan yang terjadi dengan respon yang diluar kebiasaan. untuk ikhwan yang harus lebih menjaga terdahulu, memperlakukan akhwat sewajarnya. Ikhwan jangan memulai duluan dengan keGejean karena akhwat itu sensitif, bisa jadi mengganggap luar biasa yang menurut antum biasa saja. semoga menjadi penguat bagi mereka yang terjaga, mengingatkan bagi mereka yang lupa. Jagalah diri kita sebelum Allah menetapkan siapa yang terbaik untuk kita..
Eka Firmayanti
Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Sekretaris Departemen Kaderisasi PD KAMMI Bandung
GOOD ARTICLE
BalasHapusKeren teh, saya sampai merasa tertonjok hingga babak belur begini :'(
BalasHapusmantaap (y) :D