PATRONASE ANTARA MINORITAS DAN MAYORITAS
Oleh: M. Jandi al-Farisi,(Calon Sosiolog Muslim)
Kadep Sosmasy PK KAMMI UIN BDG Masa Bakti
2014-2015
Motto: Rencanakan, Lakukan Dan Tuntaskan
=================================================================
Patronase
untuk menguasai sebuah kelompok memang memerlukan SDM yang mumpuni demi
menyeimbangkan momentum yang sedang kita lakoni, agar keberadaan kita tak lagi
terkecoh oleh politik picik para mayoritas yang hendak mengambil kekuasaan
dengan jalan yang amat kurang tepat. Hal yang serupa adalah disini kita bisa
mengambil momentum tadi yang sedang mereka lakoni bahwasanya jika mayoritas
mereka memfokuskan targetan yang hendak mereka ambil dalam hal kekuasaan untuk
menghegemoni sebuah lembaga yang ada melalui politik, dan ini yang amat fatal
bagi mereka mengabaikan dunia pendidikan yang semestinya seimbang antara
organisasi dan pendidikan. Wakil dekan tiga FISIP Dr. Ahmad Ali Nurdin, Ph.D mengatakan
bahwasanya mahasiswa yang ideal adalah mereka yang mampu menyeimbangakn antara
dunia perkuliahan dan dunia organisasi terutama organ extra, mahasiswa yang IPK
4 akan tetapi tidak seimbang dalam artian hanya perkuliahan saja yang ia geluti
itu kurang sempurna, mahasiswa yang IPK 1,0 dia tidak aktif kuliah apalagi
organisasi itu merupaka musibah besar, disisi lain mahasiswa dengan IPK 4 atas
dasar antara kuliah dan organisasi seimbang inilah mahasiswa yang sesungguhnya.
Disinalah
peran kita sebagai KADER KAMMI yang mempunyai strategi jitu dalam mengambil
kesempatan yang ada di depan mata, jika mereka hanya mengambil posisi bagian
kiri saja maka kita harus seimbang antara kiri dan kanan bahkan tengah,
belakang, atas dan bawah sekalipun, kita manfaatkan dengan semaksimal mungkin
Untuk membuktikan bahwa KAMMI adalah sebuah organisasi yang tidak hanya
memikirkan dunia siyasi saja. Bergelut dalam perpolitikan kampus yang sama
sekali tidak mendapatkan ruang sebesar-besarnya bagi PARA KADER yang ingin
berkontribusi demi mewujudkan kampus madani.
Jadilah
sebuah pembeda dalam sebuah kelompok, jadilah warna yang terang dalam sebuah
lukisan, jadilah sebuah goresan yang jelas dalan melangkah, jadikanlah suara
yang lantang demi memecahkan heningnya suasana, dan jadilah penengah sebagai
bentuk rasa solidaritas kita dalam menyelesaikan problematika, jadilah
cermninan yang akan memantaskan diri bagi siapapun yang hendak berkaca, jadilah
panutan bagi siapapun yang pernah berinteraksi secara massif dengan kita,
jadikanlah status dan peran kita sebagai mahasiswa yang mampu menempatkan hak
dan ketentuanya yang benar.
Mungkin
kita sedikit kesulitan untuk menduduki bangku jabatan yang telah terhegemoni
oleh bebrapa penguasa. Tapi disisi lain kita jangan merasa futur, patah
semangat, enggan untuk berjuang dan sulit untuk diakui secara asusmsi. Peran kader
KAMMI untuk merekonsiliasi struktur sistem yang ada itulah yang harus kita
lakukan sekarang, memperbaiki, memperbaharui dan memulihkan segala sesuatu yang
kini telah mereka leburkan.
Sesuai
dengan teori Ibn Khaldun dalam bukunya epistimoilogi sejarah kritis karangan
Tato Suahrto menyebutkan bahwasanya sejarah identic dengan peradaban dunia, ia
mencakup selurus aktivitas manusia pada suatu waktu dan pada suatu tempat
tertentu. Makah istilah rekonsiliasi inilah yang patut kita lakukan demi
mengembalikan peran strategis orang-orang yang mempunyai intelektualitas yang
tinggi.
Dalam teori
gerak sejarah (Ibn Khaldun) menyebutkan ada tiga teori penting umat manuasia
yaitu teori siklus, teori einmalig, dan teori linear. Pertama teori
siklus yaitu sejarah yang bergerak secara melingkar atau segala sesuatu itu
berputar sesuai dengan porosnya, apabila kita dahulu sempat jaya dengan tokoh akh
Andriana, yang kini menjadi ketua umum KAMMI pusat, Akh Kadir, Akh Acep dll
yang sempat menggemparkan masyarakat kampus dengan berbagai gebrakannya. Akan
tetapi hal itu kini telah berbalik. KAMMI kala ini sedang ada dibawah, dan hal
ini jangan kita biarkan begitu saja, mari kita kembalikan sejarah siklus ini
dengan membalikan kembali sejarah masa lalu kita dengan mengibarkan bendera
bahwa KAMMI disini masih ada dengan berbagai cara dan strategi yang sedang kita
lakukan dalam naungan KABINET KAMMI PROGRESIF.
Kedua teori
einmalig yaitu sejarah yang berjalan hanya sekali saja tanpa ada tindak
lanjutnya untuk bangkit kembali baik di masa sekarang ataupun masa yang akan
datang, segala sesuatu yang akan jaya secara progress prosesnya berjalan dengan
alot tapi pasti, pastilah kita akan jaya kembali atau tumbuh kembali dengan kader-kader
yang cukup militant. Tapi permasalahanya apakah sikap kita dalam melihat
situasi secara stagnan, satatis jalan ditempat dengan memikul beban yang amat
berat apakah kita akan maju. Tidak. KAMMI haruslah bangkit kembali sejarah
keemasan kita harus kita ukir kembali, dengan berkolaborasi melalui berbagai
elemen kelompok.
Ketiga teori
spiral yaitu bisa dikatakan bahwasanya ada perpaduan antara teori siKlus dan
teori linear, dalam artian bahwasanya sejarah itu berulang terus menerus dalam
lingkaran spiral yang yang meningkat menaik kearah kemajuan dan kesempurnaan.
Sejarah dipandang sebagai garis lurus menuju progress dan perfeksi. Oleh karena
itu teori ini disebut progressive philosophical viewpoint of histoty.
Peran kita sebagai KADER KAMMI haru menajdikan teori ini sebagai pegangan kita
dalam melakukan revolusi kemenangan yang terus menerus secara bertahap hingga
menuju kemengan yang nyata atas dasar kerja keras.
Ini
semua merupakan perjuangan untuk mencapai kemenangan dan kemajuan. Maka dari itu
akh Rijalul Iman mengatakan KAMMI harus menyiapkan momentum terbaik yang akan
melahirkan kader-kader pejuang KAMMI yang berkualitas islami. Ketua umum KAMMI
UIN BDG mengatakan KAMMI saat ini tidak bisa lagi berjuang sendiri akan tetapi
harus berkolaborasi dengan berbagai elemen, baik itu berbasis sosial,
agama,pejabat kampus LSM, kepemudaan dll. Kita harus mampu membaca situasi dan
kondisi sifat kepekaan kita perlu dipertajam lagi, analisis kader perlu
dipertajam lagi dan tetntunya cara kerja kita perlu di intensifkan lagi. KAMMI
saat ini membutuhkan kader yang loyal, militant, dan pro terhadap kebenaran.
Bukan hanya loyal, militant dan pro terhadap kebenaran tapi tidak dibarengi
dengan SDM yang kuat, gagasan yang kuat, analisis yang kuat, dan stategi yang
kuat pula. Kita jngan hanya menonjolkan identitas semata melalui berbagai
pencitraan yang digembar-gemborkan. Tapi kita imbangi semua itu dengan berbagai
ketentuan yang ada dan itu perlu dipersiapkan demi generasi penerus berikutnya.
Perlu
ditegaskan kembali bahwa minoritas tidak selalu dipandang sebelah mata dan
tidak selalu tertindas, tapi minoritas mampu bersaing secara sehat demi mempertahankan
gagasan dan berbagai keilmuanya.
Insya
Allah. Dengan Allah kita memperoleh taufiq, tidak ada tuhan selain dia. (Ibn Khaldun,
the mukaddimah)
The
minority is sometimes right, the majority always wrong. (Karl
Marx)
Post by #HUMAS KAMMI UIN Bandung/KN
0 comments:
Posting Komentar