Idealisme Bahan Bakar
Kritis Seorang Aktivis
Oleh : Iwan Maulana
Bagi seorang aktivis terutama yang berjuang di
gerbong dakwah memiliki idealisme adalah suatu keharusan. Idealisme dalam kamus besar bahasa indonesia
di artikan sebagai berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang
dianggap sempurna. Dan idealisme bagi seorang aktivis dakwah tentu adalah
islamisasi kehidupan di masyarakat, ya karena begitulah tujuan dakwah ini.
Sebuah cita-cita tinggi yang bukan hanya untuk
diri sendiri namun bagi semua lapisan masyarakat yang hadir dalam hidup ini. Inilah ujung yang selalu kita tapaki jalannya meski
berliku, di penuhi krikil tajam dan rimbun oleh semak berduri. Namun di jalan
ini kita tidak pernah sendiri selalu ada Allah yang melihat dan menolong apa
kita lakukan dan dua pusaka yang Rasulullah wariskan jika kita berpegang teguh
pada dua pusaka ini maka kita takan pernah tersesat, yaitu al-quran dan
as-sunah.
Idealisme inilah yang selanjutnya menjadi bahan
bakar kita dalam menggerakan pikiran untuk kritis pada kemungkaran dan
ketidakadilan serta menyajikan solusi yang telah Allah tetapkan pula dalam
al-quran dan hadist. Karena di mata
orang yang tidak memiliki idealisme kemungkaran, ketidakadilan dan
penyelewengan yang terjadi hanya akan di
abaikan dan biarkan.
Tantangan bagi idealisme kita ini adalah sesuatu
yang abstrak, perkataan, pemikiran, opini, dan persepsi kita sendiri. Kala kita
mulai lelah dan jengah dengan kondisi masyarakat di depan kita, tetapi hasil
perjuangan tidak merubah banyak dan perkataan serta opini yang kita terima
begitu melemahkan dan sedikitnya kawan yang mengingatkan maka idealisme kita
lambat laun mulai tergerus dan kemudian mengikuti arus lalu tidak ada bedanya
lagi kita dengan masyarakat yang dulu menjadi objek kita.
Maka ingatlah perjuangan sebaik-baiknya teladan Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam mengarungi jalan ini yang tantangannya bukan lagi
rasa sakit, perkataan yang melukai dan kelelahan namun sudah mengancam nyawa
yang di kandung badan, bahkan jika kita ingat keluarga sahabat mulia Yasir Radhiallahu’anhu
yang memperjuangankan agamanya meski pedang sudah bergesek dengan kulit, maka
kita akan malu betapa perjuangan kita belum ada apa-apanya. Maka bersabarlah
bahwa rasul juga tidak mendapatkan kemenangan dalam waktu singkat, perlu waktu
dua puluh tiga tahun dengan para sahabat hingga Islam tegak di jazirah arab.
Inilah kunci yang rasul ajarkan pada kita agar tegaknya kembali Islam sebagai idealisme kita : 1) menaati
allah dan rasulnya, 2) berjuang di selingi doa, dan 3) bersabarlah.
Maka masihkah kita mau melepaskan idealisme ini?
yang tak semua manusia memilikinya, hanya orang-orang pilihanlah yang allah
tetapkan. Maka biarlah mereka berkata mengatas namakan “fakta yang berbicara”,
“kenyataan di lapangan”, “apa mau di kata beginilah realitasnya”, namun kita
tetap berjuang dan yakin allah akan selalu menolong hamba yang menegakan
agamanya dan tegaknya islam adalah sebuah janji Allah yang pasti terjadi namun
pertanyaannya adalah dimanakah posisi kita saat itu terjadi. Apakah hanya
menjadi pemain yang berjuang tegaknya agama ini kemudian Allah ganjar dengan
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai atau hanya penonton yang tidak
mendapatkan apa-apa selain hiburan fana yang tidak lama?.
Semoga tulisan ini bisa menyemangati, mengingatkan
pada kita terutama saya yang menulisnya. Semoga Allah selalu memberikan hidayah
pada kita semua agar selalu istiqomah dijalannya. Amiin ya robbal ‘alamiin.
Post by #HUMAS KAMMI UIN Bandung/KN
0 comments:
Posting Komentar