Ulasan diskusi sore tadi, Jumat 13 Maret 2015.
Tema diskusi perdana yang diselenggarakan KAMMI UIN SGD
Bandung dan dimotori oleh gagasan dan
proker Deparetemen Kebijakan public tadi
adalah “Menakar Satu Dekade Transformasi
IAIN menjadi UIN menuju Research University”. Tema ini digagas berdasarkan
pengamatan secara analisis bagaimana perjalanan UIN Sunan Gunung Djati Bandung
setelah mengalamai perubahan dari IAIN menjadi UIN selama satu decade Dari
tanggal 10 Oktober 2005 hampir sepuluh tahun silam.
Selain dari kader KAMMI UIN sendiri, diskusi kali ini
dihadiri oleh aktivis dari organisasi lainnya seperti ; MHTI, HIMA PUI,HMI dan
berapa perwakilan Fakultas. Diskusi yang dimulai dari pukul 16.00 WIB ini dibuka oleh moderator Muhammad Arifin, kemudian dilanjutkan oleh
Moderator Pemateri Iwan Maulana.
Materi pertama
disampaikan oleh Pak Mada yang berkenaan
dengan Akademik setelah IAIN menjadi UIN, " UIN Bandung adalah salah satu kampus yang berkonstribusi untuk Indonesia
dalam hal produktivitas Akademiknya", kata dosen Fakultas Saintek UIN Bandung ini.
" Secara nasional produktivitas Akademik
Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun dalam sekala Asia
Tenggara dan Dunia Indonesia sangat tidak memuaskan mengingat banyaknya universitas
yang berdiri di Indonesia dan tak sebanding dengan produktivitas karya
akademiknya. Begitu juga dengan website
UIN Sunan Gunung Djati Bandung berada diurutan ke 59 dari ratusan kampus
lainnya di tingkat pengunjung web. Hal ini menjadi PR besar bagi mahasiswa
Indonesia khususnya UIN Bandung , dalam hal ini perlu pemecahan masalah yang
serius untuk meningkatkan produktivitas akademik itu sendiri".
"Terbentuknya IAIN menjadi UIN hendaknya tidak membuat
persepsi yang berbeda dan menjadi tersingkirnya pembelajaran ilmu agama dalam
lingkungan kampus tersebut. Terbentuknya beberapa jurusan umum setelah menjadi
UIN adalah sebuah peluang untuk
berkonstribusi dikancah peradaban pengetahuan terutama bagi umat Islam sendiri.
Bukankah Islam mengalami kemunduran karena bukan hanya karena para ulama
melupakan Ilmu agama?. Namun lebih dari itu bahwa ternyata Al-Quran sendiri
terdiri dari 150 ayat yang membahas masalah fikih dan hokum, dan 800 ayat
lainnya adalah ayat-ayat kauniyah. Maka dalam hal ini untuk memperbesar
kecintaan pada Alloh sebagai hamba-Nya adalah menggali ayat-ayat kauniyah
tersebut. Fakta juga menyebutkan bahwa pada abad 19 negeri-negeri muslim
terjajah adalah karena berkurangnya ilmuwan muslim sendiri. Dan sekularisme
yang sebenarnya adalah adanya pemisahan antara ilmu Agama dan Ilmu kehidupan",
tambah beliau.
Materi kedua mengenai
“Pergerakan Mahsiswa” disampaikan sendiri oleh Ketua Umum KAMMI
Komisariat UIN Bandung (2014-2015,)Anggara Adhe Putra. Materi tersebut beliau
beri judul sendiri dengan ‘ Dari Kisruh Hingga Kisruh’, berdasarkan data dari
pers SUAKA yang beliau kumpulkan mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2014.
Disebutkan pada
tahun 2004 dimulai dengan penggulingannya ketua BEM melalui hak angket oleh DPM
dan MPM, lalu dilanjutkan tahun 2005 setelah IAIN Bandung bertransformasi
menjadi UIN tepat pada tanggal 10 Oktober
2005. Dan transformasi ini menuai polemic, karena gerakkan mahasiswa kala
itu memandang transformasi belum tepat
karena kesiapan menjadi UIN belum matang. Dan isu sekularisme menjadi isu
strategis yang disuarakan gelombang aksi kala itu.
Mulai tahun 2006 kampus mulai memanas dengan adanya perombakan
system POK(Pedoman Organisasi Kemahasiswaan) serta campur tangan nya rektorat
juga menambah kisruh kampus hingga hal ini terjadi sampai tahun 2009 ; fase ini
disebut fase Vacum Of Power karena terjadinya kekosongan kekuasaan. Puncak
kisruh terjadi pada tanggal 23-24 November 2009 dengan Forum Demokrasi Kampus
yang menuntut agar Musema dibubarkan dan dilakukan Pemilu Raya. Aksi ini
bentrok dan memanas setelah munculnya puluhan mahasiswa pro-Musema yang berdemo
didepan pintu gerbang rektorat hingga keduanya bentrok .
Tahun 2010 tepatnya pada tanggal 3 Januari 2010 Musema
II diselenggarakan di Pangandaran,Ciamis, mengingat tidak kondusif jika
diselenggarakan di kampus.
“Tahun 2011, Musyawarah Senat Mahasiswa untuk ketiga kalinya
digelar dengan waktu yang lama yaitusejak tanggal 21 Mei sampai 4 Juni 2011 di
ruang Senat Gedung Rektorat. Dalam hal ini perubahan mengenai POK mencuat, dan
akhirnya disepakati bahwa perubahan system berlandaskan SK Rektor tentang POK
kepada system Student Government yang berlandaskan Trias Politika. Dan lagi-lagi
terjadi gelombang aksi akibat adanaya logo UIN baru yang didesign oleh mahasiswa ITB dan disinyalir
mirip lambing yahudi kala itu. Hinnga setahun b erikutnya pada tahun 2012
rektorat menetapkan Pedoman Organisasi Kemahasiswaan Intra(POKI) sebagai
amandemen system sebelumnya".
“Akhirnya setelah perjalanan panjang dan penuh aksi
lika-liku tahun 2013 terpilihlah ketua Dema UIN yang baru, Fahru Rozi Ishak dan
Muhammad Syarif Saefulloh tahun 2014
hingga sekarang. Namun, system Trias Politica dalam hal ini belum dijalankan
sesuai dengan mandat Demokrasi dan tidak adanya DPM dan MPM sebagai penyeimbang
dan pengawal Kebijakan Dema”, imbuh Mahasiswa Humas tahun 2011 ini.
“Jika ingin melihat Politik yang sebenarnya bagaimana, maka
lihatlah kampus UIN Bandung”, tambahnya mengutip kalimat Akbar Tanjung.
Di akhir diskusi ini selaku Ketua Umum KAMMI UIN Bandung,
beliau mengajak dan menghimbau kader KAMMI dan aktivis organisasi lainnya untuk
menghindari aksi kekerasan dan anarkis karena banyak PR lain yang perlu
dilakukan sebagai konstribusi untuk negeri ini. “Ingat, kita adalah generasi
yang berada setelah masa Reformasi”, tutupnya.
Sekian ulasan mengenai diskusi tersebut. Kritik dan saran
serta masukkannya di harapkan demi keakuratan data dan fakta .
0 comments:
Posting Komentar